Sejarah Singkat

Biografi KH. Bisri Syansuri dan Nyai Noor Khodijah

KH. Bisri Syansuri adalah salah satu ulama besar Indonesia yang dikenal sebagai pejuang, pendidik, dan pembaharu dunia pesantren. Beliau lahir di Tayu, Pati, Jawa Tengah, pada tahun 1886. Sejak muda, Mbah Bisri menimba ilmu dari berbagai pesantren ternama, di antaranya kepada Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari di Tebuireng. Kecerdasan, keluasan ilmu, serta ketegasan beliau dalam berpegang pada syariat menjadikannya salah satu tokoh sentral dalam perkembangan Islam di Nusantara.

Beliau menikah dengan Nyai Noor Khodijah, seorang muslimah salehah yang dikenal sangat tawadhu’, tekun beribadah, dan berjiwa zuhud. Sosok Mbah Nyai Noor Khodijah bukan hanya pendamping perjuangan Mbah Bisri, tetapi juga figur yang mengilhami lahirnya semangat pendidikan bagi kaum perempuan di lingkungan pesantren.

Dalam kesehariannya, beliau dikenal sangat gemar ber-i’tikaf, bermunajat di hadapan Allah dengan penuh kekhusyukan dan keistiqamahan. Dari ketulusan ibadah dan kezuhudan beliau, lahir dawuh yang kini menjadi pedoman bagi banyak perempuan pesantren:

“Tirakatmu menentukan masa depan suamimu.”

Dawuh tersebut mencerminkan pandangan beliau tentang kekuatan spiritual seorang istri: bahwa doa, tirakat, dan ketulusan hati seorang perempuan memiliki pengaruh besar terhadap keberkahan dan keberhasilan hidup suaminya.

Dari pernikahan KH. Bisri Syansuri dan Nyai Noor Khodijah lahir keturunan yang menjadi penerus perjuangan dakwah dan pendidikan Islam. Banyak di antara anak cucu beliau yang kini menjadi kiai, nyai, dan pengasuh pesantren di berbagai daerah, melanjutkan perjuangan beliau berdua dengan penuh semangat dan keikhlasan. 

Awal Berdirinya Pondok Pesantren Putri Mamba’ul Ma’arif 

Awal berdirinya Pondok Pesantren Putri Mamba’ul Ma’arif Denanyar tidak dapat dipisahkan dari sosok dua ulama besar yang berperan penting dalam perkembangan dunia pesantren di Indonesia, yakni KH. Bisri Syansuri dan Nyai Noor Khodijah. Keduanya merupakan pasangan yang tidak hanya saling melengkapi dalam kehidupan rumah tangga, tetapi juga bersatu dalam perjuangan menegakkan pendidikan Islam yang terbuka bagi semua kalangan, termasuk perempuan.

Pada masa itu, sekitar awal abad ke-20, pendidikan di pesantren masih sangat terbatas bagi kaum perempuan. Sebagian besar lembaga keagamaan hanya diperuntukkan bagi santri laki-laki, sementara perempuan lebih banyak belajar agama di rumah atau mengikuti pengajian umum. Namun, KH. Bisri Syansuri dan Nyai Noor Khodijah memiliki pandangan jauh ke depan. Mereka meyakini bahwa perempuan memiliki peran besar dalam mencerdaskan umat dan menegakkan nilai-nilai Islam dalam keluarga serta masyarakat.

Berangkat dari pemikiran inilah muncul tekad kuat untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan khusus bagi santri putri. Dengan semangat keikhlasan dan pengabdian, sekitar tahun 1930-an didirikanlah Pondok Pesantren Putri Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang, yang kemudian dikenal luas sebagai pondok pesantren putri pertama di Indonesia.

Pada masa awal berdirinya, pondok masih sangat sederhana. Bangunan yang digunakan berupa rumah-rumah kayu dan bilik bambu dengan sarana seadanya. Namun kesederhanaan itu tidak menjadi penghalang bagi para santriwati untuk menimba ilmu. Mereka datang dari berbagai daerah dengan semangat tinggi untuk belajar dan berkhidmah.

Di bawah bimbingan langsung Nyai Noor Khodijah, para santriwati tidak hanya diajarkan ilmu agama, tetapi juga dibentuk menjadi perempuan yang berakhlak, berdisiplin, dan mandiri. Beliau dikenal sebagai sosok yang lembut namun tegas, mendidik dengan penuh kasih sayang disertai keteladanan dalam laku tirakat dan keistiqamahan ibadah. Sementara KH. Bisri Syansuri turut mendampingi dan mengarahkan sistem pendidikan pesantren agar tetap berpegang pada tradisi salaf, dengan perhatian besar terhadap kemurnian ilmu dan akhlak.

Seiring berjalannya waktu, pesantren berkembang menjadi pusat pendidikan Islam bagi kaum perempuan yang berpengaruh di tanah air. Dari sinilah lahir generasi santriwati yang berilmu, berakhlak, dan berdedikasi tinggi dalam mengamalkan ilmunya di tengah masyarakat. Nilai-nilai perjuangan, keikhlasan, dan semangat dakwah yang ditanamkan oleh KH. Bisri Syansuri dan Nyai Noor Khodijah terus hidup dan diwariskan dari masa ke masa.

Kini, Pondok Pesantren Putri Mamba’ul Ma’arif Denanyar tetap teguh berdiri sebagai simbol perjuangan pendidikan perempuan di lingkungan pesantren. Keberadaannya menjadi bukti nyata bahwa ketulusan niat dan kesungguhan dalam memperjuangkan ilmu dapat melahirkan perubahan besar bagi umat dan bangsa.

Masjid Putri “Ar Ridlwan”

Salah satu peninggalan penuh makna dari KH. Bisri Syansuri adalah Masjid Putri “Ar Ridlwan”, yang beliau bangun khusus untuk istrinya, Nyai Noor Khodijah.

Alkisah, Mbah Nyai Noor Khodijah dikenal sangat gemar ber-i’tikaf. Karena kecintaannya terhadap ibadah tersebut, KH. Bisri Syansuri berinisiatif membangun sebuah masjid khusus untuk putri di dalam kompleks pesantren, agar sang istri dapat beribadah dengan tenang, khusyuk, dan terjaga dari interaksi dengan yang bukan mahram.

Masjid ini menjadi simbol kasih sayang dan penghormatan KH. Bisri kepada istrinya, serta menjadi pusat spiritual yang sarat dengan nilai keikhlasan, kesederhanaan, dan keteguhan dalam beribadah. Hingga kini, Masjid Putri Ar Ridlwan tetap berdiri kokoh di tengah kompleks PP. Putri Mamba’ul Ma’arif, dikelilingi oleh asrama para santriwati.

Dari masa ke masa, masjid ini selalu dirawat dengan penuh kehati-hatian tanpa mengubah sedikit pun pondasi maupun bentuk aslinya. Para penerus pesantren menjaga keaslian bangunan tersebut sebagaimana pertama kali dibangun oleh KH. Bisri Syansuri. Setiap perawatan hanya dilakukan pada bagian cat, kebersihan, dan perapian interior, agar tetap nyaman digunakan namun tidak menghilangkan nilai sejarah dan ruh perjuangan yang terkandung di dalamnya.

Masjid Putri Ar Ridlwan kini menjadi jantung kegiatan spiritual santriwati, tempat mereka melaksanakan shalat berjamaah, pengajian Al-Qur’an, kajian diniyah malam, serta berbagai kegiatan keagamaan lainnya. Suasana yang teduh dan khidmat di masjid ini seolah memancarkan ketulusan ibadah Mbah Nyai Noor Khodijah, seorang perempuan salehah yang dawuhnya terus hidup di hati para santriwati.

Visi dan Misi Pondok Pesantren Putri Mamba’ul Ma’arif

Visi

Menjadi pusat pengkaderan fikih dan ushul fikih yang unggul, berwawasan global, serta berkomitmen melahirkan generasi muslimah yang kompeten, berintegritas, dan berpegang teguh pada nilai-nilai Ahlus Sunnah wal Jama’ah, guna menjawab tantangan dan kebutuhan zaman dengan landasan ilmu, adab, dan keikhlasan.

Misi

  1. Menyelenggarakan pendidikan fikih dan ushul fikih secara mendalam dan berkesinambungan, berlandaskan metodologi keilmuan pesantren salaf yang kuat dan otentik.

  2. Mengembangkan tradisi ilmiah pesantren melalui kajian kitab turats, forum bahtsul masāil, dan penelitian keilmuan yang relevan dengan dinamika masyarakat modern.

  3. Mengkader santriwati menjadi pakar dan praktisi fikih yang mumpuni, berkemampuan analisis, serta memiliki komitmen terhadap nilai-nilai keulamaan dan kemaslahatan umat.

  4. Menanamkan nilai keikhlasan, kedisiplinan, dan tanggung jawab ilmiah sebagai dasar dalam setiap proses belajar mengajar dan pengabdian kepada masyarakat.

  5. Mengintegrasikan pendidikan spiritual, moral, dan intelektual agar terbentuk generasi perempuan yang berilmu amaliyah dan beramal ilmiah.

  6. Melestarikan dan mengembangkan warisan keilmuan KH. Bisri Syansuri dan Nyai Noor Khodijah, sebagai wujud kesinambungan tradisi pesantren yang berorientasi pada ilmu, amal, dan keberkahan.

Scroll to Top